Minggu, 20 Mei 2012

Distosia karena kelainan his ( His Hipotonik dan Hipertonik )


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Persalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor yaitu kekuatan ibu (power), keadaan jalan lahir (passage) dan keadaan janin (passanger). Faktor lainnya psikologi ibu, penolong saat bersalin dan posisi saat bersalin. dengan adanya keseimbangan antara faktor tersebut, bila ada gangguan pada faktor ini dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan. kelambatan atau kesulitan persalinan ini di sebut distosia. Distosia itu adalah kesulitan dalam jalannya persalianan salah satunya adalah distosia karena kelainan his baik kekuatan maupun sifatnya yang menghambat kelancaran persalinan.yang dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu inersia hipotonik dan inersia hipertonik.
B.     Tujuan
1.      Tujuan umum
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang distosia karena kelainan his ( inersia hipotonik dan hipertonik)
2.      Tujuan khusus
a.       Mampu mengetahui pengertian distosia karena kelainan his hipotonik dan hipertonik
b.      Mampu mengetahui etiologi distosia karena kelainan his hipotonik dan hipertonik
c.       Mampu mengetahui tanda dan gejala distosia karena kelainan his hipotonik dan hipertonik
d.      Mampu Mengetahui diagnosis  distosia karena kelainan his hipotonik dan hipertonik
e.       Mampu mengetahui penanganan distosia karena kelainan his hipotonik dan hipertonik



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Distosia kelainan tenaga/his adalah his tidak normal dalam kekuatan/ sifatnya menyebabkan rintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat diatasi sehingga menyebabkan persalinan macet (prof. Dr. Sarwono prawihardjo, 1993)
Distosia karena kelainan his dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
A.    Inersia hipotonik
                          1.      Pengertian
Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat untuk  melakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Disini kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering di jumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu terenggang misalnya karena hidramion atau kehamilan kembar atau grandemultipara atau primipara serta pada penderita yang keadaan emosinya kurang baik.
Inersia uteri terbagi dua yaitu:
a.       Inersia primer
Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat (kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan), sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu atau belum
b.      Inersia sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada keadaan selanjutnya terdapat gangguan dan kemudian melemah maka pada persalinan akibat inersia uteri sekunder ini tidak dibiarkan berlangsung sedemikian lama karena dapat menimbulkan kelelahan otot uterus maka inersia uteri sekunder ini jarang di temukan. Kecuali pada wanita yang tidak diberi pengawasan baik waktu persalinan..
                          2.      Etiologi
a.       Primigravida terutama pada usia tua
b.      Anemia
c.       Perasaan tegang dan emosional
d.      Ketidak tepatan pengunaan analgetik seperti saat pemberian oksitosin atau obat penenang
e.       Salah pimpinan persalinan
f.       Kelinan uterus seperti bikornis unikolis
g.      Peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda atau hidramion
h.      Kehamilan postmatur
3.      Tanda dan gejala
a.       Waktu persalinan memanjang
b.      Kontraksi uterus kurang dari normal, lemah atau dalam jangka waktu pendek
c.       Dilatasi serviks lambat
d.      Membran biasanya masih utuh
e.       Lebih rentan terdapatanya plasenta yang tertinggal

4.      Diagnosis
Menurut prof. Dr. Sarwono prawihardjo (1992) diagnosis inersia uteri paling sulit dalam fase laten sehingga diperlukan pengalaman. Kontraksi uterus yang di sertai rasa nyeri, tidak cukup untuk membuat diagnosis bahwa persalinan sudah mulai. Untuk pada kesimpulan ini di perlukan kenyataan bahwa sebagai akibat kontraksi itu terjadi perubahan pada serviks, yaitu pendataran dan pembukaan. Kesalahan yang sering terjadi pada inersia uteri adalah mengobati pasien padahal persalinan belum di mulai
5.      Penatalaksanaan
a.       Keadaan umum penderita harus di perbaiki. Gizi selama kehamilan harus diperhatikan
b.      Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan, dan jelaskan tentang kemungkinan yang akan terjadi
c.       Periksa keadaan serviks, presentasi dan posisi janin turunya bagian terbawah janin dan keadaan janin
d.      Jika sudah masuk PAP anjurkan pasien untuk jalan – jalan
e.       Melakukan perubahan posisi ketika ada kontraksi dengan miring kiri dan miring kanan
f.       Melakukan stimulasi puting susu dengan cara menggosok, memijat atau melakukan gerakan melingkar di daerah puting dengan lembut yang diyakini akan melepaskan hormon oksitosin yang dapat menyebabkan kontraksi. ada beberapa rekomendasi dalam hal penggunaannya, yaitu:
1)              Hanya memijat satu payudara pada suatu waktu
2)              Hanya memijat puting selama 5 menit, lalu tunggu selama 15 menit untuk melihat apa yang terjadi sebelum melakukan pemijatan kembali
3)              Sebaiknya tidak menstimulasi payudara selama kontraksi
4)              Jangan menggunakan stimulasi payudara jika kontraksi sudah terjadi setiap 3 menit atau 1 menit
g.      Buat rencana untuk menentukan sikap dan tindakan yang akan dikerjakan misalnya pada letak kepala
1)      Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dextrose 5% dimulai dengan 12 tetes/menit, dinaikkan 10-15 menit sampai 40-50 tetes/menit. tujuannya pemberian oksitosin agar serviks dapat membuka
2)      Pemberian oksitosin tidak usah terus menerus. Bila tidak memperkuat his setelah pemberian oksitosin beberapa lama hentikan dulu dan anjurkan ibu untuk istirahat. Pada malam hari berikan obat penenang misalnya valium 10 mg dan esoknya di ulang lagi pemberian oksitosin drips
3)      Bila inersia uteri di sertai disproposi sefalopelvis maka sebaiknya dilakukan seksio sesaria
4)      Bila semula his kuat tetapi kemudian terjadi inersia sekunder, ibu lemah dan partus telah berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan 18 jam pada multi tidak ada gunanya memberikan oksitosin drips. Sebaiknya partus di sesuaikan sesuai hasil pemeriksaan dan indikasi obstetrik lainnya (ektrasi vakum, forcep dan seksio sesaria).
B.     Inersia hipertonik
                          1.      Pengertian
Adalah inersia hipertonik bisa disebut juga tetania uteri yaitu his yang terlalu kuat. Sifat hisnya normal, tonus otot diluar his yang biasa, kelainannnya terletak pada kekuatan his. His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung cepat (<3 jam di sebut partus presipitatus).
Pasien merasa kesakitan karena his yang terlalu kuat dan berlangsung hampir terus menerus pada janin akan terjadi hipoksia janin karena gangguan sirkulasi uteroplasenter.
                          2.      Etiologi
a.       Ketuban pecah dini disertai adanya infeksi
b.      Infeksi intrauteri
c.       Pemberian oksitosin yang berlebihan
                          3.      Tanda dan gejala
a.       Persalinan menjadi lebih singkat (partus presipitatus)
b.      Gelisah akibat nyeri terus menerus sebelum dan selama kontraksi
c.       Ketuban pecah dini
d.      Distres fetal dan maternal
e.       Regangan segmen bawah uterus melampaui kekuatan jaringan sehingga dapat terjadi ruptura
                          4.      Diagnosis
a.       Anamesa
           Dilihat dari keadaan ibu yang mengatakan his yang terlalu kuat dan berlangsung hampir terus menerus
b.      Pemeriksaan fisik
           Di lihat dari kontraksinya yang terlalu kuat dan cepat sehingga proses persalinan yang semakin cepat
                          5.      Penatalaksanaan
a.       Dilakukan pengobatan simtomatis untuk mengurangi tonus otot nyeri dan mengurangi ketakutan.
b.      Bila dengan cara tersebut tidak berhasil, persalinan harus diakhiri dengan sectio cesarean
c.       Denyut jantung janin harus terus dievaluasi.




BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY M 22 TAHUN
G1P0A0 HAMIL 37 – 38 MINGGU  INPARTU KALA I
DENGAN INERSIA UTERI SEKUNDER DISERTAI ANEMIA RINGAN

Tanggal pengkajian : 18 Maret 2012
Jam pengkajian        : 18.00 WIB
Tempat pengkajian  : BPS
Pengkaji                   : Lita oktawidara

A.    DATA SUBJEKTIF
1.      Identitas
Nama pasien  : Ny M                          Nama suami    : Tn E
Umur             : 22 Tahun                     Umur               : 24 Tahun
Agama          : Islam                            Agama             : Islam
Suku bangsa  : sunda                           Suku bangsa    : Sunda
Pendidikan    : SMA                           Pendidikan      : SMA
Pekerjaan       : IRT                             Pekerjaan         : Wiraswata
Alamat           : Mitra batik
No telepon     : 085 223 703 395
2.      Keluhan utama
a.       Ibu mengeluh pusing, badan lemas dan perut mules bagian bawah dan menjalar sampai kepinggang disertai pengeluaran lendir bercampur darah dari alat kelamin ibu berwarna coklat
b.      Tanda – tanda persalinan
Ibu mengatakan adanya mules sejak tadi siang jam 14.00 WIB dengan frekuensi 10 menit 2 kali kekuatannya sangat lama 32 detik ibu merasa perut mules bagian bawah sampai menjalar ke pinggang.
c.       Pengeluaran pervaginam
Ibu mengatakan sudah ada pengeluaran dari alat kelamin ibu lendir bercampur darah berwarna coklat
3.      Riwayat menstruasi
Ibu mengatakan pertama menstruasi pada usia 4 tahun dengan konsistensi cair, lamanya 7 hari dengan 2 kali ganti pembalut siklusnya 28 hari, tidak ada keluahan yang menyertai saat menjelang  atau sesudah menstruasi HPHT : 29-06-2011, TP : 22-03-2012
4.      Riwayat perkawinan
Ibu mengatakan ini perkawinan yang pertama bagi ibu dan suami, usia ibu saat menikah 21 tahun dan suami 23 tahun. Lamanya perkawinan 1 tahun
5.      Riwayat kehamilan sekarang
Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama belum pernah keguguran dengan usia kehamilan 37 minggu ibu mengatakan selalu memeriksa kehamilannya pada trimester I satu kali di bps, trimester II 1 kali di bps, dan trimester III 2 kali di bps. Ibu mengatakan pada trimester I ibu sering merasakan mual bahkan muntah dan sering pusing, ibu mengatakan merasakan pergerakan janin pada usia 4 bulan sampai sekarang ibu mengatakan mendapatkan imunisasi TT sudah 2 kali pada usia kehamilan 4 bulan dan 5 bulan. Ibu mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat obatan selain yang di berikan bidan. Ibu dan suami sudah mempersiapkan persalinannya dan berencana ingin melahirkan di bidan.
6.      Riwayat kesehatan sekarang / penyakit yang diserita sekarang dan dulu atau operasi
Ibu mengatakan tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit yang berat seperti hipertensi, jantung, diabetes melitus dan lain lain. Ibu mengatakan tidak sedang dan tidak pernah menderita penyakit keturunan, semua keluarganya juga tidak ada yang mempunyai penyakit yang berat atau pun keturunan, dalam keluarga juga tidak ada riwayat keturunan kembar.
7.      Riwayat ginekologi
Ibu mengatakan tidak pernah dan tidak sedang mempunyai penyakit yang berhubungan dengan alat kandungan, serta tidak pernah mengalami perkosaan
8.      Riwayat KB
Ibu mengatakan tidak pernah menjadi aseptor KB
9.      Riwayat sosial ekonomi
Ibu mengatakan suami dan keluarganya merasa senang dan mendukung kehamilan ini. Ibu mengatakan dalam keluarganya yang dominan mengambil keputusan adalah suami. Ibu juga tidak pernah merokok, minum alkohol maupun obat obatan terlarang, namun ada anggota keluarganya yang merokok yaitu suaminya. Ibu berencana melahirkan ingin di tolong oleh bidan

10.  Pola kebiasaan sehari – hari
a.    Nutrisi
Ibu mengatakan makan kadang - kadang 2-3 kali/ hari dengan menu kurang  bervariasi karena ibu tidak menyukai sayuran dan setiap makan hanya lauknya saja dengan  porsi sedang, minum 8 kali/ hari tidak ada keluhan saat menjelang mau makan..
b.    Pola eliminasi
Ibu mengatakan BAB 1kali/ hari dengan konsistensi lembek, dan BAK 7 kali/ hari dengan warna jernih tidak ada keluhan saat BAB dan BAK.
c.    Pola istirahat
Ibu mengatakan tidur siang 1 jam dan tidur malam 8 jam tidak ada keluhan saat menjelang tidur
d.   Pola aktivitas
Ibu mengatakan selalu mengerjakan pekerjaan rumah yang ringan seperti menyapu, mengepel dan mencuci piring
e.    Pola hubungan seksual
Ibu mengatakan hubungan suami istri 2 kali setiap satu minggu tidak ada keluhan yang menyertai saat hubungan suami istri
f.     Personal hygiene
Ibu mengatakan mandi dan gosok gigi 2 kali/ hari, ganti baju 1 kali/ hari, ganti celana dalam, 2 kali / hari, dan keramas 3 kali/ minggu.
11.  Riwayat psikososial spiritual ekonomi
Ibu mengatakan ibu dan keluarganya saat bahagia dengan kehamilan ini dan mendukung, biasanya di dalam keluarganya yang mengambil keputusan adalah suaminya, ibu mengatakan sekarang tinggal masih di rumah orang tuanya, ibu mengatakan tidak mempunyai hewan piaraan, dan ibu mengatakan persalinan ini ingin di rumah sakit.
B.     DATA OBJEKTIF                                                
1.      Pemeriksaan umum
a.       Keadaan umum              : baik
b.      Kesadaran                      : compos mentis
c.       Kesadaran emosional     : stabil
2.      Antropometri
a.       Tinggi badan                  : 153 cm
b.      BB sebelum hamil          : 53 kg
c.       BB sesudah hamil          : 60 kg
d.      LILA                             : 28 cm
3.      Tanda – tanda vital
a.       Tekanan darah   : 110/ 70 mmHg
b.      Nadi                   : 92 x/ menit
c.       Respirasi            : 25 x/ menit
d.      Suhu                   : 370C
4.      Pemeriksaan fisik
a.       Kepala    : simetris, bersih, benjolan (-), rontok (-), nyeri tekan (-)
b.      Muka      : simetris, oedema (-), cloasma gravidarum (-)

c.       Mata       : konjungtiva agak pucat, sklera putih, penglihatan (+),
                 oedema (-)
d.      Hidung   : simetris, bersih, pernafasan (+). Polip (-)
e.       Telinga   : simetris, bersih, pendengaran
f.       Mulut     : simetris, bibir pecah pecah (-), caries (-), stomatitis (-),
                 pembengkakan tonsil (-)
g.      Leher      : pembengkakan KGB (-), pembengkakan thyroid (-),
                 pelebaran vena jugularis (-)
h.      Dada      : simetris, wheezing (-)
Payudara : simetris, dimpling (-), benjolan (-), nyeri tekan (-), puting
                 susu menonjol, pengeluaran asi (+)
i.        Abdomen          
Inspeksi  : simetris, perut membesar sesuai dengan kehamilan, luka
                 bekas operasi (-), striae gravidarum (-)
Palpasi        : TFU 32 cm
TBBA 32 – 11 x 135 = 2835 cm
32 – 11 x 155 = 3255 cm
Leopold I          : TFU 3 jari di bawah px, pada fundus teraba bagian
                            yang agak keras tapi tidak melenting (bokong)
Leopold II        : Teraba seperti papan keras memanjang
                            (punggung), sedangkan bagian kiri teraba bagian-
                            bagian kecil ( jari-jari)
Leopold III       : bagian terendah teraba bulat, keras dan melenting
                            (kepala) kepala sebagian sudah masuk PAP
Leopold IV       : 4/5, difergen
DJJ                    : Normal (+), 130 x/mnt
His dengan frekuensi 2 x dalam 10 menit dengan lama 32 detik

j.        Genitalia                 : Bersih, flour albus (-), tidak ada kelainan, varises
                                 (-), pengeluaran darah warna coklat (+).
Pemeriksaan dalam
v/v tidak ada kelainan, porcio lembek tebal, ketuban (+), pembukaan 3 cm, UUK kanan depan, penurunan bagian terendah kepala di hodge III..
k.      Ektremitas atas       : simetris, oedema (-), kuku agak pucat
Ektremitas Bawah  : simetris, oedema (-), kuku agak pucat, varises (-),
                        reflek patela (+)
l.        Punggung               : tidak ada kelainan
m.    Anus                       : tidak ada haemoroid
5.      Pemeriksaan lab
Hb                   : 9,5 gr%
Protein urin      : negatif
Glukosa urin    : negatif
C.    Assesment
1.        Nomenklatur
G1P0A0 hamil 38 minggu inpartu kala I dengan inersia uteri sekunder dan anemia ringan, janin tunggal hidup presentasi kepala
Data dasar :
a.       G1P0A0
GI               : Ibu mengatakan hamil yang pertama
P0               : Buku mengatakan belum pernah melahirkan
AO             : Ibu mengatakan belum pernah keguguran
b.      Hamil 37 – 38 dari perhitungan tanggal kunjungan dikurangi HPHT    kemudian dikalikan 4 1/3
(18-03-2012 – 29-06-2011) x 4 1/3
(19 hr 8 bulan) x 4 1/3 Mg
(19 hr + (8 bulan x 4 1/3)
2 mg 5 hari + 34 2/3 mg
36 – 37 Mg          
c.       Dengan inersia sekunder
Subjektif :
Pada keluhan utama     : perut mules bagian bawah dan menjalar
  sampai kepinggang disertai pengeluaran
  lendir campur darah dari alat kelamin ibu
Objektif                       : perut mules bagian bawah dan menjalar ke
pinggang serta his tidak teratur dengan frekuensi 2 x dalam 10 menit dengan lama 32 detik

d.       Anemia ringan
Subjektif : ibu mengeluh pusing dan badan lemas
Objektif  : konjungtiva pucat, kuku agak pucat
Penunjang : Hb 9,5 gr%
e.       Janin tunggalhasil pemeriksaan leopold 1 – IV : teraba 1 bokong, 1 bagian besar di bagian kanan di bagian kanan dan 1 kepala
f.       Janin hidup
hasil pemeriksaan DJJ + : 150 x/ menit
g.      Presentasi kepala
hasil pemeriksaan Leopold I – IV : bagian terbawah janin teraba bulat, keras dan melenting
2.      Masalah potensial
Potensial terjadinya anemia sedang sehingga mempengaruhi lambatnya proses persalinan
3.      Kebutuhan
a.       Pemenuhan nutrisi
b.      Menganjurkan ibu agar jalan jalan ketika nyeri
c.       Menstimulasi puting susu
D.    Penatalaksanaan
1.      Memberitahukan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan → ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2.      Memberitahu bahwa sudah masuk persalinan → ibu mengetahui dan menyiapkan untuk menghadapi persalinan
3.      Mengobservasi kemajuan persalinan
4.      Menganjurkan ibu untuk jalan-jalan → ibu mau melakukan apa yang dianjurkan
5.      Observasi BJF dan HIS setiap setengah jam sekali
6.      Menganjurkan ibu untuk merubah posisi agar merasakan HIS yang adekuat seperti berjalan-jalan dan berjongkok → ibu mau melakukannya
7.      Melakukan stimulasi puting susu → ibu bersedia
8.      Jika stimulasi puting susu tidak berhasil buat rencana untuk menentukan sikap dan tindakan yang akan dikerjakan jika hisnya semakin melemah misalnya pada letak kepala
a.       Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dextrose 5% dimulai dengan 12 tetes/menit, dinaikkan 10-15 menit sampai 40-50 tetes/menit. tujuannya pemberian oksitosin agar serviks dapat membuka
b.      Pemberian oksitosin tidak usah terus menerus. Bila tidak memperkuat his setelah pemberian oksitosin beberapa lama hentikan dulu dan anjurkan ibu untuk istirahat
9.      Mendokumentsi hasil pemeriksaan dan tindakan yang sudah di lakukan
HASIL PEMERIKSAAN
Tanggal
Wak
tu
Pembukaan
DJJ
Kontraksi uterus
TD
Pols
Temp
RR
Penyusupan
18 Maret
2012






















18 Maret
 2012




















19 Maret 2012




















19 Maret 2012
18.00


18.30


19.00


19.30


20.00


20.30


21.00


21.30


22.00


22.30


23.00


23.30



00.00


00.30


01.00


01.30


02.00



02.30


03.00


03.30


04.00


04.30


05.00


05.30






3 cm



















4 cm


















5 cm

















5 cm
130 x/mnt

130 x/mnt

135 x/mnt

140 x/mnt

140 x/mnt

135 x/mnt

144 x/mnt

140 x/mnt


130 x/mnt

140x/mnt


130 x/mnt

130 x/mnt

135 x/mnt

140 x/mnt

140 x/mnt

145 x/mnt

130 x/mnt

130 x/mnt

135 x/mnt

140 x/mnt

140 x/mnt

135 x/mnt

144 x/mnt

146 x/mnt
2 x dlm 10 mnt, lama 32 dtk
2 x dlm 10 mnt, lama 32 dtk
2 x dlm 10 mnt, lama 34 dtk
2 x dlm 10 mnt, lama 34 dtk
2 x dlm 10 mnt, lama 34 dtk
2 x dlm 10 mnt, lama 36 dtk

2 x dlm 10 mnt, lama 36 dtk
2 x dlm 10 mnt, lama 36 dtk

3 x dlm 10 mnt, lama 39 dtk
3 x dlm 10 mnt, lama 40 dtk

4x dlm 10 mnt, lama 40 dtk
4 x dlm 10 mnt, lama 36 dtk
4 x dlm 10 mnt, lama 36 dtk
4 x dlm 10 mnt, lama 40 dtk

4 x dlm 10 mnt, lama 40 dtk
3 x dlm 10 mnt, lama 32 dtk

3x dlm 10 mnt, lama 32
3x dlm 10 mnt, lama 30 dtk
3 x dlm 10 mnt, lama 30 dtk
3 x dlm 10 mnt, lama < 30 dtk
3 x dlm 10 mnt, lama<30  dtk

3 x dlm 10 mnt, lama <30 dtk
3 x dlm 10 mnt, lama <30 dtk

3x dlm 10 mnt, lama < 30
110/70


















120/80
























120/80




















120/70
80


80


78


80


85


85

80


80


88


86



86



84


88


88


84


86


80


80


80


78


80


85


85

80
370C


















36,50C






















370c

















37,20c
21 x/mnt

20 x/mnt

20 x/mnt

19 x/mnt

20 x/mnt

18 x/mnt

18 x/mnt

19 x/mnt

18 x/mnt

20 x/mnt


21 x/mnt

20 x/mnt

20 x/mnt

19 x/mnt

20 x/mnt

18 x.mnt

22 x/mnt
18 x/mnt

19 x/mnt

18 x/mnt

20 x/mnt


21 x/mnt

20 x/mnt

20 x/mnt
0



















0


















0

















0













BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Distosia kelainan tenaga / his adalah his tidak normal dalam kekuatan / sifatnya menyebab kan rintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat diatasi sehingga menyebabkan persalinan macet (prof. Dr. Sarwono prawihardjo, 1993)
Persalinan tidak selalu berjalan lancar, terkadang ada kelambatan dan kesulitan yang dinamakan distosia, salah satu penyebab distosia itu adalah kelainan tenaga his dapat di bedakan menjadi dua yaitu inersia hipotonik dan inersia hiopertonik.
B.     Saran
Peran bidan maupun dokter umum dalam menangani kelinan tenaga (his) hendaknya dapat di deteksi secaa dini melalui ANC yang berkualitas sehingga tidak terjadi keterlambatan dalm merujuk dengan adanya ketepatan penanganan bidan atau dokter umum yang segera dan sesuai dengan kewenangannya, di harapkan akan menurunkan angka kematian ibu dan anak.


DAFTAR PUSTAKA
1.      Sarwono Prawirohardjo, Prof.Dr.dr, 1992, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
2.      Bagus, Ida Gde Manuaba, 1//998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, Jakarta ; EGC
3.      Sastrowinoto, Sulaiman, 1993, Obstetri Fisiologi, Fakultas Kedokteran UNPAD, Bandung